ANALISIS WACANA
Istilah analisis
wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan
berbagai pengertian. Meskipun ada gradasio yang besar dari berbagi definisi,
titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai
bahasa/pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana? sebelum
lebih jauh ada beberapa pengertian terkait dengan analisis
wacana itu sendiri, di antaranya yaitu:
Wacana : sebuah
percakapan khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada ide dalam
ucapan dan tulisan ; pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan
sebagainya. (Longman
Dictionary of vthe English Language)
Wacana : rentetan kalimat yang
berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang lainnya, membentuk suatu kesatuan,
sehimgga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. (J. S. Badudu
2000)
Wacana adalah komunikasi kebahasaan
yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar,
sebagai sebuah aktifitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan
sosialnya. (Hawthorn 1992)
Di sini ada beberapa
perbedaan pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam suatu tulisannya telah membahas
dengan baik perbedaan paradigma analisis wacana dalam melihat bahasa ini yang
akan diringkas sebagai berikut :
Paling tidak ada
tiga pandangan mengenai bahas dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili
oleh kaum positivisme-empiris, oleh penganut aliran ini, bahas dilihat
sebagai jembatan antara manusia dengan obyek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman
manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa
tanpa ada kendala atau distori, sejauh ia dinyatakan dengan memakai
pernyataan-pernyataan yang logis, sitaksis, dan memiliki hubungan dengan
pengalaman empiri. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuansi logis
dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif
atau nilai-nilai yang mendasari pernyataanya. Oleh karena itu, tata bahasa,
kebanaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran positivisme-empiris tentang
wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat,
bahasa, dan pengertian bersama.
Pandangan kedua,
disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh
pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan positivisme-empirisme yang
memisahkan subyek dan obyek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa
tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas obyektif belaka
dan yang dipisahkan dari subyek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana
serta hubungan-hubungan sosialnya. oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan
sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang
mengemukakan suatu pernyataan.
Pandangan ketiga
disebut sebagai pandangan kritis. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema
wacana tertentu, maupun strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana
dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa,
batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti
dipakai, topik apa yang dibicarakan.
Dalam analisis
wacana kritis (Critical Discourse Analysis / CDA), wacana di sini tidak
semata dipahami sebagai studi bahasa. Pada akhirnya analisis wacana memang
menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis
di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik
tradisional. Bahas dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek
kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. konteks di sini berarti
bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya
praktik kekuasaan.
Menurut Fairclough
dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana, pemakaian bahasa dalam
tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Praktik wacana bisa
jadi menampilkan efek ideologi, ia dapat memproduksi dan memproduksi hubungan
kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok
mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam
posisi sosial yang ditampilkan melalui wacana, sebagai contoh, keadaan yang
rasis, seksis, atau ketimpangan dari kehidupan sosial dipandang sebagai suatu common
sense, suatu kewajaran/alamiyah dan memang seperti itu kenyataannya.
Berikut
ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis. Bahan diambil
dari tulisan Teun A. Van dijk, Fairclough, dan Wodak.
Tindakan
Prinsip
pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan
pemahaman semacam ini mengasosiakan wacana sebagai bentuk interaksi. Orang berbicara
atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya
sendiri, seperti orang sedang mengigau atau di bawah hipnotis. Seseorang berbicara
atau menulis mempunyai maksud tertentu,
baik besar maupun kecil. Wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan
secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan
di luar kesadaran.
Konteks analisis
wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi,
peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti dan
dianalisis pada suatu konteks tertentu.
1. Histori
2. Kekuasaan
3. Ideologi
ANALISIS WACANA
Contoh dalam kasus Ahmadiyah
- Kelompok Enam dan Tujuh
Dilihat dari sejarah Mira Gulam Ahmad
mendominasi di India yang pindah ke inggris lantas menyebarkan agama islam di
sana dan terjadi perbedaan tentang nabi terakhir.
Jadi wajar ada perbedaan tentang Ahmadiyah.
- Kelompok Pertama
Di indonesia dianggap sebagai madzhab
bukan sebagai ajaran, jadi siapa sebenarnya Mira Gulam Ahmad?
Sebenarnya Gulam Ahmad adalah seorang
muslim yang taat dan kreatif menulis buku. Sebelum pindah ia sudah menulis buku
yang isi di dalamnya Gulam Ahmad berkata : Aku adalah Adam, Aku adalah Ibrohim,
Aku adalah Musa…….
Dari itu orang
terlalu ngefans sama ia, sehingga orang-orang menganggap ia Nabi.
Intinya tidak
menjustifikasikan ahmadiyah.
Pertanyaan : Andakan
orang Indonesia kenapa anda tidak menjustifikasikan Ahmadiyah?
Jawab : berdasarkan Pancasila dan Ayat
Surat Al-Kafirun
- Kelompok ke Tiga
Kenapa Ahmadiyah dianggap sebagai
aliran sesat, mari kita simak”
Sebenarnya orang inggris ingin
menghancurkan islam dari dalam, itu terbukti kenapa disebut Ahmadiyah, kalau di
Indonesia lebih moderat dengan mengikuti ajaran islam dan mengakui Nabi
Muhammad sebagai Nabi, tapi dalam kenyataan menyalahi aturan. Intinya Ahmadiyah
dianggap sesat.
Pertanyaan : Setujukah anda dengan
tindakan anarkis di Indonesia?
Jawab : Tidak,
karena termasuk tindakan kriminal dan merugikan banyak pihak.
Opini wacana, Analisa wacana
harus :
Obyektif, kalau tidak obyektif
maka terjadi perbedaan justifikasi benar atau salah
Wacana berkembang tidak lepas
dari nilai (value)
Wacana berkembang tidak lepas
dari faktor kepentingan
Setiap wacana yang berkembang
pasti mempengaruhi massa/tanggapan massa
Pertanyaan : Apakah Gusdur
mengatakan Ahmadiyah boleh di Indonesia asal jangan menggunakan kata islam?
Jawab : yang menolak pasti islam
kanan ’mentok’ , yang menganalisa secara kaffah, sedangkan Gusdur tidak
menganalisa secara obyektif. Segala sesuatu tidak lepas dari faktor kepentingan,
seperti kasus Ambalat dan kasus tragedi 12 Mei/ penurunan ORBA adalah tidak
lepas dari kepentingan-kepentingan besar seperti IMF dan para pemodal,
sedangkan mahasiswa hanya sebagai alat.
Alat untuk mempermudah untuk mencapai tujuan kepentingan, jadi mahasiswa
seharusnya tidak hanya melihat sesuatu yang nampak saja.
Pada tahun 1980 Ahmadiyah dianggap
sesat kenapa sampai sekarang masih ada Ahmadiyah? Tidak ada yang tahu hati
seseorang, karena tidak mudah merubah keyakinan seseorang!
“JADI WACANA
YANG BERKEMBANG TIDAK LEPAS DARI FAKTOR KEPENTINGAN”
No comments:
Post a Comment