Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang
menyandang predikat agen perubahan sosial. Statusnya yang tinggi berkonsekuensi
pada suatu tanggung jawab yang sangat besar. Menyikapi tanggung jawab mahasiswa
pada masa mendatang itu, mahasiswa memiliki tiga tugas sekaligus, pertama, penguasaan ilmu secara
sungguh-sungguh. Kedua, membangun spiritualisme dalam
dirinya dan, ketiga, membangun
spiritulisme dalam masyarakatnya (Syahrin Harahap: 2005)
Mahasiswa hendaknya tidak hanya mengandalkan belajar dari
bangku kuliah saja, tetapi juga perlu belajar dari organisasi. Tidak semua ilmu
pengetahuan dan pengalaman kehidupan tersedia di bangku kuliah. Bangku kuliah
hanyalah bagian kecil dari sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
teoretis. Lebih dari itu, mahasiswa harus belajar berorganisasi. Organisasi
merupakan wahana efektif untuk mengembangkan potensi diri, sarana belajar
bersama, berinteraksi dengan orang lain, membentuk serta mendewasakan karakter,
mengasah ketajaman dan kepekaan sosial, dan membangun kritisisme dan idealisme
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pergulatan panjang sejarah bangsa Indonesia, tidak dapat
dipisahkan dari peran aktif pemuda dan mahasiswa. Hal ini dapat dibaca dari
rentetan kejadian-kejadian yang sangat penting dalam catatan sejarah bagsa
Indonesia. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, peran mahasiswa
dari masa ke masa, dalam mendialektikakan pergumulan panjang lahirnya bangsa
Indonesia.
SEJARAH GERAKAN MAHASISWA DI
INDONESIA
1. Era
Pra Kemerdekaan
1) Gerakan
1908
Gerakan mahasiswa pertama kali yang memiliki struktur
pengorganisasian modern yaitu Boedi Utomo. Didirikan di Jakarta, 20 Mei
1908
oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa sebagai refleksi sikap kritis dan keresahan
intelektual yang bertujuan untuk kemajuan bangsa, terutama di bidang
pendidikan, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta
kebudayaan. Boedi Oetomo, merupakan suatu episode sejarah yang menandai
munculnya angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor
terdepannya, yang misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak
kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan
mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan untuk
berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
2) Gerakan
1928
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan
Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia
(PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa
yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi
wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa
Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam. Kebangkitan
kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya
generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda
II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
2. Era
Kemerdekaan
1) Gerakan
1945
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada
zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial
Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang
berbau politik; dan hal ini ditindaklanjuti dengan membubarkan segala
organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil
di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan
dipenjarakan. Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus
gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh
dan Soekarni
saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar
secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
2) Gerakan
1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara
kelompok-kelompok mahasiswa, di antaranya Perserikatan
Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), dibentuk melalui Kongres
Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947. Selanjutnya, dalam masa Demokrasi
Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk
saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi
dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI Gerakan Mahasiswa
kristen Indonesia, PMKRI Perhimpunan
Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
(GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan
Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa
Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Pada tahun 1965
dan 1966,
pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut
mendirikan Orde
Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang
menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara
sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh
mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan
Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara
(Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari
PMKRI ,Akbar
Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis
sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan
masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai
Komunis Indonesia).
3. Era
Orde Baru
1) Gerakan
1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966
dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan
kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan
militer. Gerakan mahasiswa saat itu, melancarkan berbagai kritik dan koreksi
terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
·
Golput yang menentang pelaksanaan pemilu
pertama pada masa Orde Baru pada 1972
karena Golkar
dinilai curang.
·
Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah
pada 1972
yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
·
Gerakan "Mahasiswa
Menggugat" yang dimotori Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution,
Asmara Nababan. yang progaram
utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
·
Gerakan memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka
yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari
pada 15 Januari
1974.
Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai
salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya
Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.
2) Gerakan
1977-1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita
tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai
kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan
aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara
penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Menjelang Pemilu 1977, barulah
muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Pemerintah berusaha
untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977
dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan
tinggi.
Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas
kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik,
penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi
dalam melakukan aksi di wilayah kampus, maka akhirnya mereka diserbu militer
dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan
Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) berdasarkan SK No.0156/U/1978 yang mencoba
mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan
dari aktivitas politik, karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi
rezim. Kemudian pemerintah melalui Pangkopkamtib
SOEDOMO
melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah
membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri
P&K No.037/U/1979. Kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga
Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi.
4. Era
Reformasi
Gerakan 1998 menuntut reformasi
dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR
oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto
melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis
mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan,
Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung.
Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
PENTINGNYA
REPOSISI GERAKAN MAHASISWA DEWASA INI
Dewasa
ini, gerakan mahasiswa terasa redup dan bias. Gerakan mahasiswa seolah tidak
memiliki formulasi yang jelas, terasa gamang dan misorientasi akan nilai-nilai
gerakan. Demikian ini semakin nampak jelas semenjak runtuhnya rezim orde baru
yang ditandai dengan lahirnya era reformasi. Terpilihnya Gusdur yang menjadi
salah satu tokoh reformasi sebagai presiden Republik Indonesia keempat,
diasumsikan oleh banyak kalangan sebagai konsekuensi logis hilangnya musuh
bersama (common enemy). Lebih dari itu, derasnya arus informasi dan
globlalisasi menjadi suatu pertanda akan perubahan ideology, paradigma dan
sikap mahasiswa.
Gerakan mahasiswa sering terjebak pada
pilihan status dan posisi, apakah pro
pemerintah atau justru sebaliknya sebagai oposisi pemerintah yang menjadi kekuatan kontrol atas
kebijakan-kebijakan pemerintah. Perdebatan dan perbedaan pandang mengenai
status dan posisi inilah, seringkali menuai jalan buntu di dalam memosisikan
gerakan mahasiswa yang ideal. Belum lagi, banyaknya kepentingan-kepentingan
individu dan kelompok, justru bertabrakan dengan kepentingan besar bangsa dan
idealisme gerakan itu sendiri. Terlepas pro dan kontra, kritisisme dan idelisme
mahasiswa merupakan kebutuhan pokok (basic need) bagi keberlangsungan gerakan
mahasiswa. Idealnya suatu gerakan tidak terkotak-kotak dalam pilihan posisinya,
tetapi gerakan mahasiswa harus mampu mensinergikan
dan menkonsolidasikan
kedua posisi sekaligus, serta mampu memerankan keduanya dengan sebaik-baiknya.
Sudah
selayaknya gerakan mahasiswa dewasa ini berkonsentrasi pada penuntasan agenda
reformasi 1998 yang kian hari makin sayup terdengar. Sudah saatnya gerakan
mahasiswa dibangunkan kembali dari tidur lelapnya, untuk menyuarakan lantang
anti Korupsi Kolusi dan Nepotisme, menggelorakan kembali pengusutan kejahatan
kemanusian, dan meneriakkan kembali Nasionalisasi Asset Negara untuk
kesejahteraan rakyat. Hidup Mahasiswa…!
“Bukan
mahasiswa sejati bagi yang hanya berpikir dan berbuat untuk kepentingan diri
sendiri”
“Wamma ma yanfa’u al naas fayamkutsu
fi al ardh”
Artinya
“Hanya orang yang bermanfaat bagi orang
lain, yang mampu bertahan (eksis) di muka bumi ini” (Q.S. Ar Ra’d : 17)
No comments:
Post a Comment