diiklani

Sunday, June 10, 2018

REPOSISI GERAKAN MAHASISWA


PROLOG

Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang menyandang predikat agen perubahan sosial. Statusnya yang tinggi berkonsekuensi pada suatu tanggung jawab yang sangat besar. Menyikapi tanggung jawab mahasiswa pada masa mendatang itu, mahasiswa memiliki tiga tugas sekaligus, pertama, penguasaan ilmu secara sungguh-sungguh. Kedua, membangun spiritualisme dalam dirinya dan, ketiga, membangun spiritulisme dalam masyarakatnya (Syahrin Harahap: 2005)
Mahasiswa hendaknya tidak hanya mengandalkan belajar dari bangku kuliah saja, tetapi juga perlu belajar dari organisasi. Tidak semua ilmu pengetahuan dan pengalaman kehidupan tersedia di bangku kuliah. Bangku kuliah hanyalah bagian kecil dari sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat teoretis. Lebih dari itu, mahasiswa harus belajar berorganisasi. Organisasi merupakan wahana efektif untuk mengembangkan potensi diri, sarana belajar bersama, berinteraksi dengan orang lain, membentuk serta mendewasakan karakter, mengasah ketajaman dan kepekaan sosial, dan membangun kritisisme dan idealisme kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Pergulatan panjang sejarah bangsa Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari peran aktif pemuda dan mahasiswa. Hal ini dapat dibaca dari rentetan kejadian-kejadian yang sangat penting dalam catatan sejarah bagsa Indonesia. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, peran mahasiswa dari masa ke masa, dalam mendialektikakan pergumulan panjang lahirnya bangsa Indonesia.
SEJARAH GERAKAN MAHASISWA DI INDONESIA
1.      Era Pra Kemerdekaan
1)      Gerakan 1908
Gerakan mahasiswa pertama kali yang memiliki struktur pengorganisasian modern yaitu Boedi Utomo. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa sebagai refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual yang bertujuan untuk kemajuan bangsa, terutama di bidang pendidikan, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan. Boedi Oetomo, merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
2)      Gerakan 1928
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam. Kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
2.      Era Kemerdekaan
1)      Gerakan 1945
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindaklanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
2)      Gerakan 1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, di antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947. Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI Gerakan Mahasiswa kristen Indonesia, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi ketiganya dari PMKRI ,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).
3.      Era Orde Baru
1)      Gerakan 1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer. Gerakan mahasiswa saat itu, melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
·         Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
·         Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
·         Gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang dimotori Arif Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan. yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
·         Gerakan memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga.
2)      Gerakan 1977-1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Menjelang Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi.
Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi di wilayah kampus, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) berdasarkan SK No.0156/U/1978 yang mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik, karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Kemudian pemerintah melalui Pangkopkamtib SOEDOMO melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979. Kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi.
4.      Era Reformasi
Gerakan 1998 menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.
PENTINGNYA REPOSISI GERAKAN MAHASISWA DEWASA INI
Dewasa ini, gerakan mahasiswa terasa redup dan bias. Gerakan mahasiswa seolah tidak memiliki formulasi yang jelas, terasa gamang dan misorientasi akan nilai-nilai gerakan. Demikian ini semakin nampak jelas semenjak runtuhnya rezim orde baru yang ditandai dengan lahirnya era reformasi. Terpilihnya Gusdur yang menjadi salah satu tokoh reformasi sebagai presiden Republik Indonesia keempat, diasumsikan oleh banyak kalangan sebagai konsekuensi logis hilangnya musuh bersama (common enemy). Lebih dari itu, derasnya arus informasi dan globlalisasi menjadi suatu pertanda akan perubahan ideology, paradigma dan sikap mahasiswa.
  Gerakan mahasiswa sering terjebak pada pilihan status dan posisi, apakah pro pemerintah atau justru sebaliknya sebagai oposisi pemerintah yang menjadi kekuatan kontrol atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Perdebatan dan perbedaan pandang mengenai status dan posisi inilah, seringkali menuai jalan buntu di dalam memosisikan gerakan mahasiswa yang ideal. Belum lagi, banyaknya kepentingan-kepentingan individu dan kelompok, justru bertabrakan dengan kepentingan besar bangsa dan idealisme gerakan itu sendiri. Terlepas pro dan kontra, kritisisme dan idelisme mahasiswa merupakan kebutuhan pokok (basic need) bagi keberlangsungan gerakan mahasiswa. Idealnya suatu gerakan tidak terkotak-kotak dalam pilihan posisinya, tetapi gerakan mahasiswa harus mampu mensinergikan dan menkonsolidasikan kedua posisi sekaligus, serta mampu memerankan keduanya dengan sebaik-baiknya.
Sudah selayaknya gerakan mahasiswa dewasa ini berkonsentrasi pada penuntasan agenda reformasi 1998 yang kian hari makin sayup terdengar. Sudah saatnya gerakan mahasiswa dibangunkan kembali dari tidur lelapnya, untuk menyuarakan lantang anti Korupsi Kolusi dan Nepotisme, menggelorakan kembali pengusutan kejahatan kemanusian, dan meneriakkan kembali Nasionalisasi Asset Negara untuk kesejahteraan rakyat. Hidup Mahasiswa…!
“Bukan mahasiswa sejati bagi yang hanya berpikir dan berbuat untuk kepentingan diri sendiri” 
“Wamma ma yanfa’u al naas fayamkutsu fi al ardh”
Artinya “Hanya orang yang bermanfaat bagi orang lain, yang mampu bertahan (eksis) di muka bumi ini” (Q.S. Ar Ra’d : 17)

No comments:

Post a Comment

sponsor

"//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js">